Natal Pertama dan
Natal Tahun 2014
Sebuah Refleksi
Yoanis Lalang*
Perayaan Natal dipenghujung tahun, sudah tentu bukan tanpa makna. Natal
dapat dimaknai antara lain sebagai berikut : Pertama, Natal mengenang
kembali kelahiran Yesus Kristus, Sang Juru Selamat, dan kedua, Natal
menjadi momentum evaluasi dan refleksi atas perjalanan hidup, karya dan
keluarga sepanjang satu tahun.
Mengenang kembali peristiwa di Betlehem, lebih dari 2000 tahun yang lalu,
Yesus dilahirkan dalam kesederhanaan. Ia dilahirkan dalam sebuah kandang hewan
peliharaan, dibungkus dengan kain lampin dan dibaringkan dalam sebuah palungan
kayu yang tak berharga. Peristiwa kelahiran Yesus pun disaksikan oleh
orang-orang yang biasa saja, para gembala yang sedang menjaga kawanan ternak
mereka di padang. Suasana di kandang sederhana, begitu hangat, tenang, teduh
dan penuh kedamaian yang tak terkatakan. Natal pertama sungguh diwarnai dengan
kedamaian.
Kisah kelahiran Yesus yang tampak tidak berarti dan sangat sederhana ini,
masih dapat bertahan tak lekang oleh waktu, mengarungi waktu dan selalu relevan
dengan kehidupan umat manusia sepanjang masa. Setiap tahun, setiap generasi di
seluruh bumi, baik secara langsung ataupun tidak, mendengar, mengenang dan
memperingati kejadian bersejarah dan berahmat tersebut dengan caranya
masing-masing.
Kini, di tahun 2014, kita akan kembali memperingati kelahiran Sang Juru
Selamat. Natal bukan kegiatan rutinitas tahunan yang membosankan bahkan
meletihkan. Namun natal merupakan kegembiraan, harapan dan penuh reflektif.
Cerita tentang Natal Pertama nampak jelas bercerita tentang keluarga. Ada
Yosef, Maria dan Putera Tunggal Yesus Kristus. Cerita Natal Pertama menjadi
inspirasi, spirit dan teladan dalam membangun hidup berkeluarga.
Ada nilai kesederhanaan, ketenangan, kedamaian dan option fot the poor.
Ketenangan, pada saat itu tidak tersedia satu pun kamar yang kosong di
rumah-rumah penginapan bagi ibu-Nya, Maria, serta Yosef, suaminya. Maria dan
Yosef tidak panik, tidak hilang akal. Kesederhanaan, Yesus dilahirkan
dikandang dan dibaringka di palungan, jauh dari unsur kemewahan. Kedamaian,
suasana yang tenang dan teduh dengan nyanyian pujian bergema di padang. Option
for the poor, yang menjadi saksi kelahiran orang biasa-biasa saja. Para
gembala dan kemudian orang Majus dari Timur.
Di bulan Desember ini, hampir satu tahun berlalu, pertanyaan evaluatif dan
reflektif, sudahkah nilai-nilai Natal Pertama menjadi bagian dalam membangun
hidup berkeluarga saat ini? Karenanya evaluasi menjadi penting dan strategis. Esensi
dari evaluasi adalah refleksi atas proses untuk melihat kebelakang dan ke depan.
Evaluasi pun merupakan usaha belajar dari pengalaman sekaligus memberi nilai
atas apa yang telah dilakukan. Kegembiraan atas nilai-nilai yang telah dimaknai
dalam perjalan satu tahun ini. Harapan akan perbaikan aplikasi nilai-nilai
dalam kehidupan berkeluarga diwaktu yang akan datang.
Nilai-nilai Natal Pertama, dikontekstualisasikan dalam hidup berkeluarga
saat ini, ketenangan, manusia tak lepas dari masalah. Apalagi dalam
keluarga pasti selalu ada masalah. Bapa, Mama dan Anak-anak, tidak boleh panik,
harus tetap tenang mengatasi dan memberikan solusi terbaik bagi keluarga. Kesederhanaan,
keluarga harus dibangun dalam rasa kesederhanaan, tidak perlu harus hidup
dalam kemewahaan. Namun yang wajar dan realistis. Kedamaian, nilai ini
harus tumbuh dan berkembang dalam keluarga antara Bapa, Mama dan Anak. Dalam
kedamaian sudah tentu ada kasih sayang dan cinta yang menjadi tuntunan dalam
hidup bersama. Option for the poor, keluarga harus peduli dan solider
dengan sesama yang kurang beruntung. Keluarga harus menjadi saksi dan pembawa
warta gembira bagi orang lain yang memerlukannya.
Momentum Natal harus menjadi titik awal membangun habitus baru dengan
berpijak atas evaluasi dan refleksi atas nilai-nilai Natal. Habitus baru dalam
membangun hidup berkeluarga yang tenang, sederhana, damai dan peduli bagi
sesama. Selamat Natal.**
*Sekretaris II DPP Kristus Raja
Wangatoa Lembata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar