Selasa, 03 Februari 2015

"ENGKAU TELAH SETIA DALAM PERKARA KECIL, AKU AKAN MEMBERIKAN KEPADAMU TANGGUNG JAWAB DALAM PERKARA YANG LEBIH BESAR"

MEREKA MENGAJARKAN
TETAPI TIDAK MELAKUKAN
MINGGU BIASA KE 31
MAL. 1:14b-2:2b.8-10; 1TES 2:TB-9.13
MAT. 23:1-12


MEREKA MENGAJARKAN
TETAPI TIDAK MELAKUKAN
MINGGU BIASA KE 31
MAL. 1:14b-2:2b.8-10; 1TES 2:TB-9.13
MAT. 23:1-12

Pada suatu hari seorang ibu datang kepada Mahatma Gandhi dengan puteranya yang berusia 20-an tahun. Ia meminta Mahatma Gandhi supaya menasehati anak itu untuk tidak merokok lagi. Mahatma Gandhi menyuruh ibu itu untuk kembali lagi  minggu berikutnya. Ibu itu melakukan seperti yang diberitahukan kepadanya. Setelah satu minggu, ia kembali lagi dengan anaknya. Pada waktu itulah Mahatma Gandhi menasehati anak itu untuk tidak merokok. Ibu itu heran. Mengapa untuk mengatakan hal sesederhana itu Mahatma Gandhi mesti menunggu waktu satu minggu. Lalu ia bertanya: “Mengapa Bapak tidak mengatakan hal itu minggu lalu saja sehingga kami tidak perlu datang dua kali ke tempat ini?” Dengan tenang Mahatma Gandhi menjawab: “Bu, minggu lalu saya sendiri masih merokok. Saya tidak bisa menasehati orang untuk tidak merokok sementara saya sendiri merokok. Sekarang saya tidak merokok lagi. Karena itu saya bisa menasehati anak muda itu untuk tidak merokok karena saya sendiri sudah tidak merokok lagi”.    
Di dalam Injil hari ini, Yesus mengecam orang-orang Farisi dan ahli-ahli taurat karena mereka menyampaikan ajaran yang bagus-bagus, tetapi mereka sendiri tidak melakukannya. Karena itu, Yesus menyampaikan kepada para pendengar-Nya supaya  mereka mendengarkan apa yang mereka ajarkan, tetapi jangan mengikuti apa yang mereka lakukan karena mereka tidak melakukan apa yang mereka ajarkan.  Kalaupun mereka melaksanakan hukum taurat itu, tetapi hal itu dilakukan semata-mata untuk dilihat dan dipuji orang.  
Peringatan Yesus untuk orang-orang farisi dan ahli-ahli taurat adalah peringatan untuk kita juga. Kesalahan orang-orang farisi sebagai pemimpin-pemimpin orang-orang Yahudi adalah tidak adanya keselarasan antara apa yang mereka ajarkan dengan apa yang mereka lakukan. Mereka mengajarkan  sesuatu tetapi tidak melakukannya. Mereka ngajar lain, tetapi berbuat lain. Mereka cuma bicara tetapi tidak berbuat. NATO: No Action Talk Only – Cuma ngomong doang.Tetapi tidak berbuat apa-apa. Pada hal seorang pemimpin yang baik akan selalu memadukan apa yang diucapkannya dengan apa yang dilakukannya sebagaimana telah dilakukan oleh Mahatma Gandhi di dalam ceritera di atas dan Yesus Kristus di dalam Injil.  Mereka tidak cuma berbicara dan mengajarkan melainkan melakukan apa yang mereka ajarkan. Semoga Tuhan memberkati. Amin.

WASPADALAH, SEBAB PENGANTIN DATANG
PADA WAKTU YANG TIDAK DISANGKAT-SANGKA
MINGGU BIASA KE 32
KEB. 6:13-17;1TES 4:13-18
MAT 25:1-13

Pada suatu hari seorang wartawan bertanya kepada seorang pertapa: “Kalau hari ini merupakan hari terakhir di dalam kehidupan Anda, apakah yang Anda lakukan?” Dengan tenang pertapa tua itu menjawab: “Pertama, saya akan melakukan doa pujian pagi hari. Sesudah itu, saya akan membuat teh dan memanggang roti untuk sarapan pagi. Kemudian saya akan pergi ke kebun untuk bekerja. Lalu saya mengunjungi teman saya John yang sedang sakit..” “Sabar”, kata wartawan itu menghentikan pembicaraan pertapa tersebut, “Bukankah itu adalah jadwal Anda yang biasa untuk setiap hari? “Betul”, jawab pertapa itu. “Bagi saya, setiap hari saya anggap adalah hari terakhir di dalam hidup. Karena itu, saya  harus melakukan pekerjaan-pekerjaan sehari-hari dengan tekun” . Bagi pertapa itu, setiap hari merupakan hari terakhir di dalam hidup karena dia tidak tahu kapan Tuhan datang.  
Dalam Injil hari ini, Yesus berbicara tentang kedatangan-Nya yang kedua pada akhir zaman yang diumpamakan dengan kedatangan pengantin pada waktu yang tidak disangka-sangka. Pada kedatangan-Nya yang kedua itu, Yesus menunjukkan diri sebagai Tuhan segala bangsa.  Semua orang yang percaya kepadanya harus bersiap-siap menerima Dia. Guna menekankan pentingnya siap-siaga atau berjaga-jaga itu, Yesus menceriterakan perumpamaan tentang sepuluh gadis yang ditugaskan untuk  menyongsong pengantin. Lima gadis bijak dan lima gadis bodoh. Gadis yang bijak, selain membawa pelita, juga membawa buli-buli yang berisi minyak. Sedangkan gadis yang bodoh tidak membawa minyak. Ketika pengantin datang tengah malam gadis-gadis bodoh tidak bisa menyambut sang pengantin dan ikut pesta nikah karena mereka masih mencari minyak di pasar.
 Melalui perumpamaan itu, Yesus mau mengajarkan kita untuk senantiasa berjaga-jaga bukan sekali seminggu atau sekali sebulan atau dua kali setahun melainkan setiap saat. Soalnya, hanya mempelai yang tahu kapan dia akan datang. Setiap orang yang mendengar Injil hari ini diberi peringatan keras  agar belajar hidup dengan bijak. Dia harus selalu siap menantikan kedatangan mempelai  kapanpun hal itu terjadi. Dia juga harus menyiapkan minyak cadangan agar pelita masih tetap bernyala ketika mempelai datang pada waktu yang sangat larut malam. Sebagaimana pertapa dalam ceritera tadi, dia harus berbuat seolah-olah hari itu merupakan hari terakhir di dalam hidupnya. Oleh sebab itu kita hendaknya senantiasa tekun berbuat baik sampai dengan hari kedatangan Tuhan. Amin.

PERUMPAMAAN TENTANG TALENTA
MINGGU BIASA KE  33
AMS. 31:10-13.19-20.30-31;1TES. 5:1-6
MAT 25: 14 – 30

Dalam Injil hari ini, Yesus mengecam orang yang tidak mendaya-gunakan bakat dan kemampuannya melalui sebuah perumpamaan. Di dalam perumpamaan itu, Yesus membandingkan Kerajaan Surga itu dengan seorang tuan yang hendak bepergian ke luar negeri. Dia lalu menyerahkan uangnya kepada hamba-hambanya untuk dikembangkan masing-masing menurut kemampuannya. Ada yang menerima lima, ada yang dua, dan yang satu talenta. Semua berusaha mengembangkan uang tuannya kecuali yang mendapat satu talenta.  Lama sesudah berada di luar negeri, tuan itu pulang dan meminta pertanggungan-jawab dari hamba-hambanya. Setiap orang yang telah mengembangkan uangnya tentu saja dipuji oleh tuannya itu. Mereka telah setia dan dapat dipercayai di dalam hal kecil. Oleh karena itu, mereka akan diberi tanggungjawab yang lebih besar lagi. Sekarang, mereka boleh masuk dan turut mengambil bagian dalam kebahagiaan tuannya.
Bagaimana dengan orang yang tidak mengembangkan uang tuannya? Dia mengembalikan uang tuannya itu dengan alasan bahwa dia takut mengembangkan uang itu karena menurut pengalamannya bahwa tuannya itu kejam. Oleh sebab itu, uang itu disembunyikannya di dalam tanah. Daripada gagal memperdagangkan uang itu dan kena hukuman yang berat, lebih baik uang itu disembunyikan saja di dalam tanah. Menurut dia, itulah cara yang paling aman. Tetapi, apa yang terjadi? Tuan itu marah sekali mendengar jawabannya. Bagaimana mungkin ia melakukan hal itu, kalau dia tahu bahwa tuannya kejam.  Lebih baik mengambil resiko dari pada mencari keamanan yang tidak menghasilkan apa-apa. Hasil akhir  adalah orang itu mendapat hukuman dan dibuang ke luar ke dalam kegelapan.  
Apakah yang dimaksudkan dengan talenta atau uang di dalam perumpamaan tadi? Talenta-talenta di dalam perumpamaan tadi bisa berarti bakat-bakat, kemampuan-kemampuan yang ada dalam diri kita. Hal-hal itu hanya bisa bertumbuh kalau dikembangkan. Tetapi talenta di dalam perumpamaan itu bisa juga berarti iman yang kita terima dari Allah. Iman itu harus dikembangkan. Dalam usaha mengembangkan iman itu, kita mesti memiliki mental pedagang. Pedagang yang menyembunyikan hartanya di dalam tanah adalah pedagang yang tidak berguna dan bodoh. Dia harus mengembangkan hartanya agar bisa menjadi lebih banyak. Demikianpun halnya dengan orang-orang Kristen. Dia harus mengembangkan imannya supaya ia menjadi semakin kaya.  Iman adalah suatu talenta besar yang dianugerahkan Allah kepada kita. Oleh sebab itu, iman itu harus dikembangkan dan tidak boleh disia-siakan. Semoga Tuhan memberkati. Amin..
KITA AKAN DIADILI OLEH CINTAKASIH
HARI RAYA TUHAN KITA YESUS
KRISTUS RAJA SEMESTA ALAM
MAT 25:31 – 46

FYODOR DOSTOYEWSKI, salah seorang penulis terkenal berkebangsaan Rusia pernah berceritera tentang seorang ibu yang selama hidupnya hampir tidak pernah berbuat baik. Ketika ia meninggal, setan merenggutnya ke neraka. Namun malaikat pelindungnya  berjuang supaya ia masuk surga. Karena itu, dia mencari-cari entahkah perempuan itu pernah melakukan perbuatan baik selama hidupnya. Tiba-tiba wajahnya berseri. Ia teringat akan sesuatu. Iapun menghadap Allah dan berkata, “Saya masih ingat dengan baik bahwa perempuan itu pernah  memberikan bawang kepada seorang pengemis. “Baiklah,” kata Allah, “turunkanlah bawang itu kepadanya dan gunakanlah bawang itu untuk mengangkatnya ke surga. Kalau engkau berhasil, maka dia boleh masuk surga.”
Malaikat itu pun menurunkan bawang itu dan memerintahkan  wanita itu untuk memegang ujungnya. Dengan hati-hati, malaikat itu memegang ujung lain bawang itu dan menariknya ke surga. Namun ketika orang-orang lain melihat bahwa wanita itu pelan-pelan terangkat ke surga, merekapun ramai-ramai memegang kakinya supaya merekapun turut terangkat ke surga. Perempuan itu cemas kalau bawang itu terputus. Karena itu, ia menendang mereka sambil berkata, “Ini bawang saya dan bukan bawang kamu. Ketika ia berkata demikian,  bawang itu terputus dan  ia kembali lagi ke neraka. Malaikat pelindungnya menangis tersedu-sedu karena sampai saat terakhir dia masih ingat diri. 
            Hari ini adalah hari raya Tuhan Yesus Kristus, Raja semesta alam. Tadi di dalam Injil, Yesus tampil sebagai Raja untuk melakukan pengadilan terakhir.  Materi pengadilan adalah perbuatan-perbuatan yang kita lakukan atau tidak kita lakukan terhadap Yesus yang hadir dalam diri orang-orang yang miskin, menderita dan membutuhkan pertolongan, perhatian, penghiburan, dan peneguhan. Yesus bahkan menyamakan mereka itu dengan Diri-Nya  sendiri.  Semua yang dilakukan terhadap orang-orang itu merupakan salah satu bentuk pelayanan terhadap Diri-Nya. Hanya orang yang menerima Yesus di dalam diri orang-orang hina itu akan menerima “Kerajaan  yang telah disediakan” sejak dunia dijadikan. Mereka itu adalah orang-orang benar. Sebaliknya dengan orang-orang yang menutup matanya terhadap orang-orang yang menderita. Mereka akan dibuang, sebagai orang-orang yang terkutuk “ke dalam api atau siksaan yang kekal yang telah disedikan untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. Di sana akan terjadi ratap tangis dan kertak gigi.



BERJAGA-JAGALAH
MINGGU ADVENTUS KE 1
YES. 63:16b-17;64:1.3b-8;  1KOR 1:3-9
MARKUS 13:33-37  

Pernah diceriterakan tentang  seseorang bernama Jedermann yang motto hidup  carpe diem yakni menikmati hidup ini sepuas-puasnya.  Setiap hari dia memburu kenikmatan. Pada suatu malam ketika sedang berpesta pora, ia didatangi oleh malaikat maut. Jedermann terkejut sekali karena merasa belum siap. Ia meminta supaya kalau bisa kematiannya ditunda. Tetapi malaikat maut itu menolak. Tidak ada penundaan. Jangankan bulan atau minggu, hari, menit dan detik pun tidak dapat ditunda.  Dalam keadaan putus asa, Jedermann meminta apakah dia bisa membawa seorang teman untuk membelanya di hadapan pengadilan Allah. Malaikat maut itu tidak berkeberatan, tetapi tidak seorangpun dari teman-temannya yang mau menjadi pembela bagi Jedermann. Mereka semua tidak siap dan merasa terlalu cepat meninggalkan hidup ini. Jedermann teringat pacarnya yang pernah berjanji untuk sehidup dan semati dengan dia. Tetapi ketika diminta untuk menemani Jedermann ke dunia orang mati, pacarnya itu menolak. “Ya..., saya bejanji untuk sehidup tetapi tidak untuk semati”, kata pacarnya itu. Akhirnya, pada malam itu juga Jedermann dijemput oleh Malaikat Maut tanpa persiapan.
Dalam Injil hari ini, Yesus memperingatkan para murid-Nya agar selalu berjaga-jaga karena saat kedatangan-Nya kembali sama dengan seorang tuan rumah yang bepergian, tetapi yang tidak diketahui kapan kembalinya. Teks ini merupakan  kesimpulan dari pengajaran Yesus tentang kedatangan-Nya pada akhir zaman. Saat itu tidak akan diketahui oleh siapapun kecuali oleh Bapa di surga. Oleh sebab itu, para murid disuruh untuk berjaga-jaga dalam menantikan kedatangan-Nya.
 Berjaga-jaga tidak berarti begadang atau waspada terhadap bahaya yang mungkin terjadi. Sebaliknya, berjaga-jaga itu berarti selalu hidup dalam keadaan melaksanakan tugas yang dipercayakan kepada kita, seperti seorang hamba yang menantikan kedatangan tuannya. Berjaga-jaga berarti hidup dalam kesadaran sebagai hamba yang diserahi tugas dan sedang menantikan kedatangannya tuannya. Kapanpun tuan itu datang, dia harus mendapati hamba itu sedang melakukan tugas yang dipercayakan kepadanya. Seorang murid Tuhan harus dengan setia menantikan kedatangan Tuhan pada akhir zaman.

            Pada hari minggu pertama masa Adventus ini, kita diharapkan untuk senantiasa mempersiapkan diri guna menantikan kedatangan Tuhan. Adventus berarti kedatangan. Kedatangan Tuhan secara sakramental pada waktu natal, tetapi juga kedatangan Tuhan pada akhir zaman. Semoga Tuhan Memberkati!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar