"ENGKAU TELAH SETIA DALAM PERKARA KECIL, AKU AKAN MEMBERIKAN KEPADAMU TANGGUNG JAWAB DALAM PERKARA YANG LEBIH BESAR"
MEREKA MENGAJARKAN
TETAPI TIDAK MELAKUKAN
MINGGU BIASA KE 31
MAL. 1:14b-2:2b.8-10; 1TES 2:TB-9.13
MAT. 23:1-12
MEREKA MENGAJARKAN
TETAPI TIDAK
MELAKUKAN
MINGGU BIASA KE 31
MAL. 1:14b-2:2b.8-10; 1TES 2:TB-9.13
MAT. 23:1-12
Pada suatu hari seorang ibu datang kepada Mahatma Gandhi dengan
puteranya yang berusia 20-an
tahun. Ia meminta Mahatma Gandhi supaya menasehati anak itu untuk tidak merokok lagi. Mahatma Gandhi
menyuruh ibu itu untuk kembali lagi
minggu berikutnya. Ibu itu melakukan seperti yang diberitahukan kepadanya. Setelah satu
minggu, ia kembali lagi dengan anaknya. Pada waktu itulah Mahatma Gandhi
menasehati anak itu untuk tidak merokok. Ibu itu heran. Mengapa untuk
mengatakan hal sesederhana itu Mahatma Gandhi mesti menunggu waktu satu minggu.
Lalu ia bertanya: “Mengapa Bapak tidak mengatakan hal itu minggu lalu saja
sehingga kami tidak perlu datang dua kali ke tempat ini?” Dengan tenang Mahatma
Gandhi menjawab: “Bu, minggu lalu saya sendiri masih merokok. Saya tidak bisa
menasehati orang untuk tidak merokok sementara saya sendiri merokok. Sekarang
saya tidak merokok lagi. Karena itu saya bisa menasehati anak muda itu untuk
tidak merokok karena saya sendiri sudah tidak merokok lagi”.
Di dalam
Injil hari ini, Yesus mengecam orang-orang Farisi dan ahli-ahli taurat karena mereka
menyampaikan ajaran yang bagus-bagus, tetapi mereka sendiri tidak melakukannya.
Karena itu, Yesus menyampaikan kepada para pendengar-Nya supaya mereka mendengarkan apa yang mereka ajarkan,
tetapi jangan mengikuti apa yang mereka lakukan karena mereka tidak melakukan
apa yang mereka ajarkan. Kalaupun mereka
melaksanakan hukum taurat itu, tetapi hal itu dilakukan semata-mata untuk
dilihat dan dipuji orang.
Peringatan
Yesus untuk orang-orang farisi dan ahli-ahli taurat adalah peringatan untuk
kita juga. Kesalahan orang-orang farisi sebagai pemimpin-pemimpin orang-orang
Yahudi adalah tidak adanya keselarasan antara apa yang mereka ajarkan dengan
apa yang mereka lakukan. Mereka mengajarkan
sesuatu tetapi tidak melakukannya. Mereka ngajar lain, tetapi berbuat
lain. Mereka cuma bicara tetapi tidak berbuat. NATO: No Action Talk Only – Cuma ngomong doang.Tetapi tidak berbuat
apa-apa. Pada hal seorang pemimpin yang baik akan selalu memadukan apa yang
diucapkannya dengan apa yang dilakukannya sebagaimana telah dilakukan oleh
Mahatma Gandhi di dalam ceritera di atas dan Yesus Kristus di dalam Injil. Mereka tidak cuma berbicara dan mengajarkan
melainkan melakukan apa yang mereka ajarkan. Semoga Tuhan memberkati. Amin.
WASPADALAH, SEBAB
PENGANTIN DATANG
PADA WAKTU YANG TIDAK
DISANGKAT-SANGKA
MINGGU BIASA KE 32
KEB. 6:13-17;1TES 4:13-18
MAT 25:1-13
Pada suatu hari seorang wartawan
bertanya kepada seorang pertapa: “Kalau hari ini merupakan hari terakhir di
dalam kehidupan Anda, apakah yang Anda lakukan?” Dengan tenang pertapa tua itu
menjawab: “Pertama, saya akan melakukan doa pujian pagi hari. Sesudah itu, saya
akan membuat teh dan memanggang roti untuk sarapan pagi. Kemudian saya akan
pergi ke kebun untuk bekerja. Lalu saya mengunjungi teman saya John yang sedang
sakit..” “Sabar”, kata wartawan itu menghentikan pembicaraan pertapa tersebut,
“Bukankah itu adalah jadwal Anda yang biasa untuk setiap hari? “Betul”, jawab
pertapa itu. “Bagi saya, setiap hari saya anggap adalah hari terakhir di dalam
hidup. Karena itu, saya harus melakukan
pekerjaan-pekerjaan sehari-hari dengan tekun” . Bagi pertapa itu, setiap hari
merupakan hari terakhir di dalam hidup karena dia tidak tahu kapan Tuhan
datang.
Dalam
Injil hari ini, Yesus berbicara tentang kedatangan-Nya yang kedua pada akhir
zaman yang diumpamakan dengan kedatangan pengantin pada waktu yang tidak disangka-sangka.
Pada kedatangan-Nya yang kedua itu, Yesus menunjukkan diri sebagai Tuhan segala
bangsa. Semua orang yang percaya
kepadanya harus bersiap-siap menerima Dia. Guna menekankan pentingnya
siap-siaga atau berjaga-jaga itu, Yesus menceriterakan perumpamaan tentang
sepuluh gadis yang ditugaskan untuk
menyongsong pengantin. Lima gadis bijak dan lima gadis bodoh. Gadis yang
bijak, selain membawa pelita, juga membawa buli-buli yang berisi minyak.
Sedangkan gadis yang bodoh tidak membawa minyak. Ketika pengantin datang tengah
malam gadis-gadis bodoh tidak bisa menyambut sang pengantin dan ikut pesta
nikah karena mereka masih mencari minyak di pasar.
Melalui perumpamaan itu, Yesus mau mengajarkan
kita untuk senantiasa berjaga-jaga bukan sekali seminggu atau sekali sebulan
atau dua kali setahun melainkan setiap saat. Soalnya, hanya mempelai yang tahu
kapan dia akan datang. Setiap orang yang mendengar Injil hari ini diberi
peringatan keras agar belajar hidup dengan
bijak. Dia harus selalu siap menantikan kedatangan mempelai kapanpun hal itu terjadi. Dia juga harus
menyiapkan minyak cadangan agar pelita masih tetap bernyala ketika mempelai
datang pada waktu yang sangat larut malam. Sebagaimana pertapa dalam ceritera
tadi, dia harus berbuat seolah-olah hari itu merupakan hari terakhir di dalam
hidupnya. Oleh sebab itu kita hendaknya senantiasa tekun berbuat baik sampai
dengan hari kedatangan Tuhan. Amin.
PERUMPAMAAN TENTANG TALENTA
MINGGU BIASA
KE 33
AMS. 31:10-13.19-20.30-31;1TES. 5:1-6
MAT 25: 14 – 30
Dalam Injil hari ini, Yesus mengecam orang
yang tidak mendaya-gunakan bakat dan kemampuannya melalui sebuah perumpamaan.
Di dalam perumpamaan itu, Yesus membandingkan Kerajaan Surga itu dengan seorang
tuan yang hendak bepergian ke luar negeri. Dia lalu menyerahkan uangnya kepada
hamba-hambanya untuk dikembangkan masing-masing menurut kemampuannya. Ada yang
menerima lima, ada yang
dua, dan yang satu talenta. Semua berusaha mengembangkan uang tuannya kecuali
yang mendapat satu talenta. Lama sesudah
berada di luar negeri, tuan itu pulang dan meminta pertanggungan-jawab dari
hamba-hambanya. Setiap orang yang telah mengembangkan uangnya tentu saja dipuji
oleh tuannya itu. Mereka telah setia dan dapat dipercayai di dalam hal kecil.
Oleh karena itu, mereka akan diberi tanggungjawab yang lebih besar lagi.
Sekarang, mereka boleh masuk dan turut mengambil bagian dalam kebahagiaan
tuannya.
Bagaimana dengan orang yang tidak
mengembangkan uang tuannya? Dia mengembalikan uang tuannya itu dengan alasan
bahwa dia takut mengembangkan uang itu karena menurut pengalamannya bahwa
tuannya itu kejam. Oleh sebab itu, uang itu disembunyikannya di dalam tanah.
Daripada gagal memperdagangkan uang itu dan kena hukuman yang berat, lebih baik
uang itu disembunyikan saja di dalam tanah. Menurut dia, itulah cara yang
paling aman. Tetapi, apa yang terjadi? Tuan itu marah sekali mendengar
jawabannya. Bagaimana mungkin ia melakukan hal itu, kalau dia tahu bahwa
tuannya kejam. Lebih baik mengambil resiko dari pada mencari keamanan yang tidak
menghasilkan apa-apa. Hasil akhir adalah
orang itu mendapat hukuman dan dibuang ke luar ke dalam kegelapan.
Apakah yang dimaksudkan dengan talenta atau
uang di dalam perumpamaan tadi? Talenta-talenta di dalam perumpamaan tadi bisa
berarti bakat-bakat,
kemampuan-kemampuan yang ada dalam diri kita. Hal-hal itu hanya bisa bertumbuh kalau dikembangkan. Tetapi talenta di dalam
perumpamaan itu bisa juga berarti iman yang kita terima dari Allah. Iman itu
harus dikembangkan. Dalam usaha mengembangkan iman itu, kita mesti memiliki
mental pedagang. Pedagang yang menyembunyikan hartanya di dalam tanah adalah
pedagang yang tidak berguna dan bodoh. Dia harus mengembangkan hartanya agar
bisa menjadi lebih banyak. Demikianpun
halnya dengan orang-orang Kristen. Dia harus mengembangkan imannya supaya ia
menjadi semakin kaya. Iman adalah suatu
talenta besar yang dianugerahkan Allah kepada kita. Oleh sebab itu, iman itu
harus dikembangkan dan tidak boleh disia-siakan. Semoga Tuhan memberkati. Amin..
KITA AKAN DIADILI OLEH CINTAKASIH
HARI RAYA TUHAN
KITA YESUS
KRISTUS RAJA
SEMESTA ALAM
MAT 25:31 – 46
FYODOR DOSTOYEWSKI, salah seorang penulis
terkenal berkebangsaan Rusia pernah berceritera tentang seorang ibu yang selama
hidupnya hampir tidak pernah berbuat baik. Ketika ia meninggal, setan
merenggutnya ke neraka. Namun malaikat pelindungnya berjuang supaya ia masuk surga. Karena itu,
dia mencari-cari entahkah perempuan itu pernah melakukan perbuatan baik selama
hidupnya. Tiba-tiba wajahnya berseri. Ia teringat akan sesuatu. Iapun menghadap
Allah dan berkata, “Saya masih ingat dengan baik bahwa perempuan itu pernah memberikan bawang kepada seorang pengemis. “Baiklah,” kata
Allah, “turunkanlah bawang itu kepadanya dan gunakanlah bawang itu untuk
mengangkatnya ke surga. Kalau engkau berhasil, maka dia boleh masuk surga.”
Malaikat itu pun menurunkan bawang itu dan
memerintahkan wanita itu untuk memegang
ujungnya. Dengan hati-hati, malaikat itu memegang ujung lain bawang itu dan
menariknya ke surga. Namun ketika orang-orang lain melihat bahwa wanita itu
pelan-pelan terangkat ke surga, merekapun ramai-ramai memegang kakinya supaya
merekapun turut terangkat ke surga. Perempuan itu cemas kalau bawang itu
terputus. Karena itu, ia menendang mereka sambil berkata, “Ini bawang saya dan
bukan bawang kamu”.
Ketika ia berkata demikian, bawang itu
terputus dan ia kembali lagi ke neraka.
Malaikat pelindungnya menangis tersedu-sedu karena sampai saat terakhir
dia masih ingat diri.
Hari ini adalah hari raya Tuhan Yesus
Kristus, Raja semesta alam. Tadi di dalam Injil, Yesus tampil sebagai
Raja untuk melakukan pengadilan
terakhir. Materi
pengadilan adalah perbuatan-perbuatan yang kita lakukan atau tidak kita lakukan
terhadap Yesus yang hadir dalam diri
orang-orang yang miskin, menderita dan membutuhkan
pertolongan, perhatian, penghiburan, dan peneguhan. Yesus bahkan menyamakan
mereka itu dengan Diri-Nya sendiri. Semua yang dilakukan terhadap orang-orang itu
merupakan salah satu bentuk pelayanan terhadap Diri-Nya. Hanya orang yang
menerima Yesus di dalam diri orang-orang hina itu akan menerima “Kerajaan yang telah disediakan” sejak dunia dijadikan.
Mereka itu adalah orang-orang benar. Sebaliknya dengan orang-orang yang menutup
matanya terhadap orang-orang yang menderita. Mereka akan dibuang, sebagai
orang-orang yang terkutuk “ke dalam api atau siksaan yang kekal yang telah
disedikan untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. Di sana akan terjadi
ratap tangis dan kertak gigi.
BERJAGA-JAGALAH
MINGGU ADVENTUS
KE 1
YES. 63:16b-17;64:1.3b-8; 1KOR 1:3-9
MARKUS 13:33-37
Pernah diceriterakan
tentang seseorang bernama Jedermann yang motto hidup carpe diem yakni menikmati hidup ini sepuas-puasnya. Setiap
hari dia memburu kenikmatan.
Pada suatu malam ketika sedang berpesta pora, ia didatangi oleh malaikat maut.
Jedermann terkejut sekali karena merasa belum siap. Ia meminta supaya kalau
bisa kematiannya ditunda.
Tetapi malaikat maut itu menolak. Tidak ada penundaan. Jangankan bulan atau
minggu, hari, menit dan detik pun tidak dapat ditunda. Dalam
keadaan putus asa, Jedermann meminta apakah dia bisa membawa seorang teman
untuk membelanya di hadapan pengadilan Allah. Malaikat maut itu tidak
berkeberatan, tetapi tidak seorangpun dari teman-temannya yang mau menjadi
pembela bagi Jedermann. Mereka semua tidak siap dan merasa terlalu cepat
meninggalkan hidup ini. Jedermann teringat pacarnya yang pernah berjanji untuk
sehidup dan semati dengan dia. Tetapi ketika diminta untuk menemani Jedermann
ke dunia orang mati, pacarnya itu menolak. “Ya..., saya bejanji untuk sehidup
tetapi tidak untuk semati”, kata
pacarnya itu. Akhirnya, pada malam itu juga Jedermann dijemput oleh Malaikat
Maut tanpa persiapan.
Dalam Injil hari ini, Yesus memperingatkan para murid-Nya agar
selalu berjaga-jaga karena saat kedatangan-Nya kembali sama dengan seorang tuan rumah yang
bepergian, tetapi yang tidak diketahui kapan kembalinya. Teks ini
merupakan kesimpulan dari pengajaran
Yesus tentang kedatangan-Nya pada akhir zaman. Saat itu tidak akan diketahui
oleh siapapun kecuali oleh Bapa di surga. Oleh sebab itu, para murid disuruh
untuk berjaga-jaga dalam menantikan kedatangan-Nya.
Berjaga-jaga
tidak berarti begadang atau waspada terhadap bahaya yang mungkin terjadi.
Sebaliknya, berjaga-jaga itu berarti selalu hidup dalam keadaan melaksanakan
tugas yang dipercayakan kepada kita, seperti seorang hamba yang menantikan
kedatangan tuannya. Berjaga-jaga berarti hidup dalam kesadaran sebagai hamba
yang diserahi tugas dan sedang menantikan kedatangannya tuannya. Kapanpun tuan
itu datang, dia harus mendapati hamba itu sedang melakukan tugas yang
dipercayakan kepadanya. Seorang murid Tuhan harus dengan setia menantikan
kedatangan Tuhan pada akhir zaman.
Pada hari minggu pertama masa
Adventus ini, kita diharapkan untuk senantiasa mempersiapkan diri guna
menantikan kedatangan Tuhan. Adventus berarti kedatangan. Kedatangan Tuhan
secara sakramental pada waktu natal, tetapi juga kedatangan Tuhan pada akhir
zaman. Semoga Tuhan Memberkati!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar